u% äa=æp ufeã ÖM<p kb~fQ hwBeã
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
أَمَّا
بَعْدُ؛ يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ
فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Ma’asyirol Muslimin Rohimakumullah,
Kembali kita menghadirkan hati
untuk selalu memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang mana
sampai detik ini kita masih diberi nikmat iman dan Islam, juga nikmat sehat dan
kesempatan sehingga kita masih dapat mengabdikan diri kepada Allah SWT dengan melaksanakan sholat
Jum’at di masjid yang mulia ini.
Sholawat beriring salam semoga
tetap tercurah kepada junjungan kita nabi Besar Muhammad SAW, beserta seluruh
keluarga, para sahabat dan seluruh pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Tak lupa pula kami sebagai khotib pada kesempatan ini, berpesan dan berwasiat
marilah kita meningkatkan ketaqwaaan kita
kepada Allah SWT, taqwa dalam arti menjalankan perintah Allah dengan
penuh keikhlasan dan meninggalkan larangan Allah SWT dengan penuh kesabaran.
Adapun judul khutbah Jum’at yang akan
saya sampaikan pada kesempatan ini
adalah “Keutamaan Bulan Muharrom”.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Waktu demikian cepat berlalu. Hari demi hari kita lalui. Bulan demi bulan berganti. Seakan tak terasa, kini kita sudah Meninggalkan bulan Dzulhijjah 1433 H. Yang artinya, sekarang kita sudah berada pada bulan muharrom tahun 1434 H.,
Seiring pergantian waktu, pergantian tahun, kembali, marilah kita meningkatkan rasa syukur dan taqwa kita kepada Allah SWT. Sungguh, tiada satu waktu pun yang kita lalui, kecuali di sana ada nikmat Ilahi. Sungguh, tak pernah waktu berganti, baik pergantian hari, bulan atau tahun, kecuali nikmat Allah senantiasa kita rasakan.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Bulan Muharam merupakan bulan yang mulia di sisi Allah SWT. Ia memiliki berbagai keutamaan, diantaranya adalah :
Pertama, bulan Muharam merupakan salah satu bulan haram. Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya
bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di
waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah
(ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam
bulan yang empat itu”.(QS. At-Taubah
: 36)
Dalam ayat di atas disebutkan bahwa
ada dua belas bulan : mulai dari bulan Muharam, hingga bulan Dzulhijjah.
Diantara dua belas bulan itu ada empat bulan haram yaitu bulan Zulkaidah,
Zulhijjah, Muharram Dan Rajab.
Ashurul haram (bulan haram), termasuk bulan Muharam ini adalah bulan yang dimuliakan Allah SWT. Bulan-bulan itu memiliki kesucian, dan karenanya menjadi bulan pilihan. Diantara bentuk kesucian dan kemuliaan bulan-bulan itu adalah kaum muslimin dilarang berperang, kecuali terpaksa; jika diserang oleh kaum kafir. Kaum muslimin juga diingatkan agar lebih menjauhi perbuatan aniaya
pada bulan ini.
Dalam menafsirkan ayat ini, Imam
At-Thabari dalam Tafsirnya mengutip atsar dari Ibnu Abbas r.a. : "Allah
menjadikan bulan-bulan ini sebagai bulan-bulan suci, mengagungkan kehormatannya
dan menjadikan dosa yang dilakukan pada bulan ini menjadi lebih besar dan
menjadikan amal shalih pada bulan ini juga lebih besar."
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Keutamaan kedua dari bulan Muharam ini adalah nilai historis bulan ini sebagai bulan hijrah. Yang seharusnya kaum muslimin mengambil semangat hijrah itu dalam kehidupannya. Sungguh, hijrah merupakan perjuangan monumental yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Mereka rela meninggalkan segala harta, termasuk rumah dan perabotnya, menuju Yatsrib yang kemudian dikenal sebagai Madinah. Mereka rela meninggalkan tanah air menuju tanah yang tidak jelas peluang bisnis maupun ladang pekerjaan di sana. Bahkan lebih dari itu, dengan hijrah tidak sedikit para sahabat yang mempertaruhkan nyawa mereka. Termasuk Rasulullah SAW dan Abu Bakar, yang dikejar dan diburu hidup atau mati.
Tanpa hijrah, mungkin tidak ada
peradaban Islam yang dimulai Rasulullah dari Madinah. Tanpa hijrah, mungkin
tidak akan ada kemenangan demi kemenangan yang diraih Rasulullah dan para
sahabatnya hingga mampu memfutuhkan Makkah dan menyebarkan Islam ke seluruh
jazirah Arab. Hingga sekarang Islam dipeluk oleh
lebih dari 1,6 milyar penduduk bumi.
Karena itulah, ketika Umar bin Khatab
hendak menentukan tahun baru Islam, beliau memilih tahun hijrah sebagai tahun
pertama. Muharam sebagai bulan pertama, yang di waktu itu juga dimulai
perjalanan hijrah oleh beberapa sahabat, lalu secara besar-besaran para sahabat
berbondong-bondong hijrah pada bulan Safar. Hijrah yang diambil sebagai titik
tolak peradaban Islam. Maka kalender Islam pun
disebut sebagai kalender hijriyah.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Lalu bagaimana kita mengambil ibrah dari peristiwa hijrah ini, Sedangkan Rasulullah telah mensabdakan,
الْفَتْحِ بَعْدَ هِجْرَةَ لاَ
Tidak ada hijrah setelah futuhnya Makkah (HR. Bukhari)
Perlu diketahui, bahwa maksud hadits Rasulullah SAW itu adalah, tidak lagi wajib hijrah dari Makkah ke Madinah setelah futuhnya Makkah. Karena tidak ada kewajiban untuk hijrah dari negeri Muslim.
Yang perlu dilakukan adalah, ketika kita hidup di sebuah tempat yang tidak islami, yang membahayakan agama kita, keluarga dan anak-anak kita, saat itulah kita dianjurkan hijrah ke tempat yang lebih kondusif sehingga kita bisa menjalankan Islam dengan baik. Sedangkan semangat hijrah yang lebih luas adalah seperti sabda Rasulullah SAW:
عَنْهُ اللَّهُ نَهَى مَا هَجَرَ مَنْ الْمُهَاجِرُ
Artinya : Muhajir adalah orang yang meninggalkan segala larangan Allah(HR.Bukhari)
Inilah hakikat hijrah,
inilah semangat hijrah, dan inilah kesempatan bagi setiap muslim, hijrah adalah
meninggalkan larangan Allah SWT. Maka ketika kita berusaha beralih dari
kemaksiatan menuju ketaatan, itu adalah hijrah. Ketika kita berusaha
meninggalkan kezaliman menuju keadilan, itu adalah hijrah. Ketika kita berusaha
mengubah hidup kita dari kejelekan menjadi kebaikan, itu adalah hijrah.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Kemuliaan ketiga dari bulan Muharam adalah, disunnahkannya kita untuk memperbanyak puasa terlebih lagi pada tanggal 10 muharrom. Bahkan puasa puasa dibulan muharrom ini nilainya menjadi puasa yang paling mulia setelah Ramadhan.
Rasulullah SAW bersabda :
الْمُحَرَّمُ اللَّهِ شَهْرُ رَمَضَانَ بَعْدَ الصِّيَامِ أَفْضَلُ
Puasa yang paling mulia setelah puasa Ramadhan adalah (berpuasa) di bulan Allah, Muharam. (HR. Muslim)
Jamaah Jum’at yang
dirahmati Allah,
Diawal-awal tahun baru hijriyah ini. marilah kita renungkan dan introspeksi amal perbuatan kita masing-masing.Apakah hari-hari dan bulan-bulan yang telah kita lewati itu, sudah kita isi dengan amal perbuatan yang bermanfaat, ataukah sebaliknya ? Sudahkah kita mengevaluasi amal ibadah kita masing-masing ? Karena mengoreksi amal perbuatan masing-masing adalah perintah Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat : 18 yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS. AlHasyr ayat 18)
Firman Allah diatas
mengisyaratkan kepada kita bahwa Allah
SWT telah memerintahkan kepada kita supaya mengevaluasi amal kita
masing-masing. Sudahkah ketaqwaan kita kepada Allah, sejalan dengan
petunjuk-Nya ?
Apabila kita pada tahun-tahun
yang lalu belum sempat memikirkan upaya apa yang harus kita perbuat dalam
rangka untuk berbuat kebaikan dan kemuliaan seperti menyantuni anak yatim,
berbuat baik terhadap keluarga, tetangga, sahabat, Mudah-mudahan dihari-hari mendatang kita akan
lebih baik lagi dalam beramal sholeh dan beribadah kepada Allah SWT serta dalam
segala perbuatan kita itu harus semata-mata didasarkan mengharap ridho Allah
SWT.
Marilah kita perhatikan pesan
Rasulullah SAW dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi dari
sahabat Abu Hurairah Ra yang artinya : ”Segeralah kamu kerjakan amal-amal kebaikan
sebelum kamu dijemput oleh tujuh perkara yang pasti akan datang kepadamu”.
Ketujuh perkara itu adalah sebagai berikut :
1. Apakah kamu masih menunggu datangnya kemiskinan, yang
akan melupakan kamu dari mengingat Allah ?
2. Apakah kamu masih menunggu bertumpuk-tumpuknya harta
kekayaan, yang akan menyebabkan kamu sombong dan congkak ?
3. Apakah kamu masih menunggu ditimpa sakit, yang akan
menjadikan kesusahan bagi dirimu sendiri ?
4. Apakah kamu masih menunggu usiamu sampai pikun, hingga
habis tenagamu ?
5. Apakah kamu masih
menunggu datangnya kematian, yang pasti akan datang merenggutmu ?
6. Apakah kamu masih
menunggu datangnya “dajjal”, yang akan membawa kejahatan bagimu ?
7. Apakah kamu masih
menunggu tibanya hari kiamat, padahal hari kiamat itu lebih berat dan sukar
dari segala-galanya ?
Hadits ini menunjukkan kepada
kita, bahwa kita tidak boleh mengulur-ngulur waktu di dalam berbuat kebaikan.
Kerjakanlah kebaikan itu sesuai dengan kemampuan kita, jangan ditunda-tunda,
sebab penundaan itu berarti kita telah membuang kesempatan yang telah diberikan
oleh Allah SWT, dan inipun merupakan kerugian buat kita. Biarkanlah tahun-tahun
yang telah lalu, dan bersiap-siaplah untuk mengerjakan amal sholeh mulai hari
ini dan hari-hari mendatang.
Jama’ah
Jum’at yang diberkahi Allah,
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 97:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik
laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan”.(QS.An-Nahl ayat 97)
Dengan berdasarkan pada ayat
Al-Qur’an tersebut diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa amal perbuatan
baik yang kita kerjakan itu akan terus berkesinambungan atau terus menerus
pahalanya, asalkan perbuatan baik kita itu benar-benar dilakukan semata-mata
mengharap ridho Allah SWT.
Marilah kita niatkan dalam hati
dan berdoa, supaya kita diberi kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang terbaik
bagi kemaslahatan kita bersama dan berbahagialah kita semua dengan Ampunan
Allah SWT yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Mudah-mudahan Allah SWT akan
selalu memberikan petunjuk kepada kita, untuk menapaki jalan yang lurus dan
diridhoi-Nya Amiin Ya Robbal ”alamiin.
Demikianlah khutbah yang dapat saya sampaikan, semoga dengan khutbah yang singkat ini, dapat bermanfaat bagi kita semua dalam rangka menambah keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dan semoga kita selalu diberi kekuatan dan tuntunan menuju ridho Allah SWT, Aamiin Ya Robbal ‘Alamin.
... .... k~Ïre ãlã=^e ã ð kbep#ufe ã !<äæ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Enter your comment here